BUDAYA POSITIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH

 AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

Selamat datang

Sahabat-sahabat Guru yang luar Biasa!

AGENDA HARI INI :

KITA AKAN MEMBAHAS TENTANG BUDAYA POSITIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH

 

Tujuan Kegiatan

Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan kita sebagai guru dapat menerapkan budaya positif dilingkungan sekolah kita .

Setelah mengikuti Kegiatan Hari ini kita berharap bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan kita dalam proses kegiatan mendidik murid-murid kita Berusaha menjadi pribadi yang baik, disukai teman dan sahabat

 

Filosofis Pendidikan KHD

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

FILOSOFI PENDIDIKAN KIHADJAR DEWANTARA TERDIRI DARI  3  YAITU;

1. ING NGARSA SUNG TULADA,

2. ING MADYA MANGUN KARSA,

3. TUT WURI HANDAYANI.

 

-Ing ngarsa sung tulada, Artinya, seorang guru, pengajar, atau pemimpin harus bisa memberikan contoh serta panutan kepada orang lain di sekitarnya saat ia berada di depan
-Ing madya mangun karsa, artinya yaitu "di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan"

-Tut wuri handayani. artinya "di belakang memberikan semangat atau dorongan"

 

Peran sekolah sebagai institusi pembentukan karakter

“Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya” (dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara seri 1 pendidikan halaman 20)

Kita sebagai guru untuk membangun komunitas di sekolah

untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi berdampak pada masyarakat

 Karakter yang seperti apa yang akan dibentuk sehingga dapat tercapai apa yang menjadi tujuan pendidikan

Profil Pelajar Pancasila, “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Pelajar yang memiliki profil yang demikian itu adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya, yaitu:

1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,

2) mandiri,

3) bergotong-royong,

4) berkebinekaan global,

5) bernalar kritis, dan

6) kreatif.

 Tujuan pendidikan menurut KHD

Menuntun segala kodrat (kodrat Alam & Kodrat Jaman) yang ada pada anak- anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, pendidikan berpusat pada siswa.

Untuk mencapai Tujuan tersebut tentunya kita harus membangun Budaya Positif dilingkungan kita dimulai dari Diri sendiri, Mulai dari Hal yang kecil, dan mulai Saat ini

 Budaya Positif

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah.

Dengan menumbuhkan budaya positif disekolah tentu akan terbangun suatu komunitas yang saling mendukung dari berbagai aspek lingkungan sekolah sehingga tercipta suasana sekolah yang kondusif, aman, nyaman, bahagia, penuh kekeluargaan serta menumbuhkan

karakter-karakter positif sesuai profil pelajar pancasila pada warga sekolah.

 Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah.

Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, selanjutnya, kita akan mempelajari dua konsep yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan dari budaya positif.

TAHAPAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 1. PERUBAHAN PARADIGMA BELAJAR

Situasi, kondisi serta kemajuan jaman sudah semakin pesat hal tesebut sudah bisa dirasakan ketika mulainya era internet dan media sosial semakin maju dan modern semua serba digital. keadaan tersebut semakin terasa ketika beberapa tahun terakhir wabah Covid-19 melanda seluruh dunia termasuk Indonesia yang berimbas pada setiap kegiatan manusia termasuk sektor Pendidikan.

Kita dipaksa untuk melaksanakan pembelajaran secara daring

walaupun dengan segala keterbatasan baik dari sisi sarana dan fasilitas serta SDM yang masih terbatas.

Dengan keadaan tersebut tentu diperlukan perubahan kebiasaan dan disiplin pembelajaran, dari pembelajaran tatap muka beralih jadi pembelajaran daring dan sekarang kembali ke pembelajaran tatap muka walaupun masih terbatas. berdasarkan hasil pengamatan tingkat disiplin siswa sudah semakin kurang dengan adanya kegiatan pembelajaran secara daring sehingga memerlukan pembiasaan kembali ketika pembelajaran tatap muka.

Untuk membangun budaya yang positif, sekolah aman, dan nyaman agar murid-murid

mampu merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.

Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang selama ini dijalankan di sekolah-sekolah.Menurut teori Disiplin Restitusi dari Diane Gossen, disiplin dikaitkan dengan kontrol yaitu kontrol guru dalam menghadapi murid.

Perubahan paradigma adalah merubah cara pandang kita secara luas

 2. MOTIVASI PERILAKU MANUSIA

Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

Untuk menjadi orang yang mereka inginkan

dan menghargai diri sendiri dengan nilai nilai yang mereka percaya

 3. Kebutuhan Dasar

Kebutuhan Dasar Manusia terbagi atas 5 yaitu;

-Kebutuhan bertahan hidup ,

-Cinta dan kasih sayang ,

-Kebebasan ,

-kesenangan dan kekuasaan .

Guru harus memahami bahwa setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Guru memahami bahwa kebutuhan dasar setiap murid akan berbedabeda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positif.

Guru memahami bahwa kebutuhan dasar dapat dipenuhi dengan cara positif atau negatif Guru memahami peran guru adalah memberdayakan anak agar dapat memenuhi kebutuhannya secara positif

 4. Disiplin Positif

Disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara guru dengan murid.

Dalam penerapan disiplin positif ini, anak diajarkan untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Selain itu, disiplin positif juga mengajarkan anak tanggung jawab serta rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi, disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak untuk melakukan sesuatu tanpa sogokan, ancaman, maupun hukuman

 Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan

mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

disiplin diri adalah mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

5. Posisi Kontrol Restitusi

Murid adalah makhluk yang mulia dan diciptakan dalam keadaan sempurna maka tugas guru adalah mengangkat murid menyadari dirinya dengan Pendidikan Nilai Pelajar Pancasila dan Karakter.

Guru tentu harus siap karena perkembangan jaman.

Maka guru perlu memahami dengan baik nilai dan peran guru yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.

6. Keyakinan Kelas

Membuat kesepakatan kelas adalah sebagai langkah awal untuk membangun keyakinan kelas sebagai bagian dari upaya Budaya Positif .

Sekolah menjadi tempat dalam pembentukan karakter anak. anak akan dibiasakan untuk memiliki nilai- nilai sesuai norma yang ada.

Untuk itu sekolah membuat berbagai kebijakan dan program dalam pembentukan karakter ini. salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan keyakinan kelas. keyakinan kelas itu sendiri dibuat atas dasar keinginan seluruh siswa dalam mewujudkan kelas impiannya.

Dalam pembuatan keyakinan kelas perlu adanya partisipasi penuh dari siswa dan pendapat siswa sehingga keyakinan kelas yang telah dibentuk dapat diKerapkan oleh siswa.

Tidak ada hukuman ataupun reward ketika mereka melanggar ataupun melaksanakan karena pada dasarnya keyakinan kelas ini terbentuk atas kesadaran siswa dan tidak ada unsur paksaan dari guru.

Contoh Keyakinan kelas

7. SEGITIGA RESTITUSI

Restitusi adalah proses mencuptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka dapat kembali kepada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat

(Gossen;2004). Restitusi juga adalah kolaboratif yang mengajarkan

murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berfikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan

bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen;

1996).

ciri-ciri restitusi:

1. restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan

2. restitusi memperbaiki hubungan

3. restitusi adalah tawaran, bukan paksaan

4. restitusi menuntun untuk melihat kedalam diri

5. restitusi untuk mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan

6. restitusi diri adalah cara yang paling baik

7. restitusi fokus pada karakter bukan tindakan

8. restitusi menguatkan

9. restitusi fokus pada solusi

10. restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya

SIMULASI KEGIATAN RESTITUSI


KEGIATAN AKSI NYATA BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH





TERIMAKASIH SALAM GURU

PENGGERAK


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LATIHAN SOAL IPA KELAS 3 SD SEMESTER 1

SOAL PAS PLH KELAS 5 SEMESTER 1